Kasih Sayang, Kewibawaan, dan Tanggung Jawab dalam Pendidikan


Konsep dan Peranan Kasih Sayang dalam Pendidikan 
         Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Ditandai dengan adanya perasaan sayang,saling mengasihi,saling mencintai,saling memperhatikan dan saling memberi.
Kasih sayang juga merupakan kebutuhan alami seorang manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa makanan dan minuman,demikian juga manusia tidak bisa hidup tanpa adanya kasih sayang. 
Ada beberapa dampak positif dari kasih sayang ini. Dampaknya yaitu,jika anak yang diberikan limpahan kasih sayang oleh orangtuanya maka ia akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat, menyehatkan saraf dan fisik, memiliki hati yang hangat, akan mencintai orang terdekatnya seperti sahabat, teman dan lain-lain, menuai kesuksesan dalam mendidik anak, dan yang terakhir adalah menyelamatkan anak dari sifat-sifat kerdil.
Sedangkan dampak negatif dari adanya kasih sayang yang berlebihan adalah :
1. Timbulnya sikap yang ingin selalu diperlakukan secara istimewa.
2. Mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
3. Menjadi anak yang rentan akan masalah.
4. Kehilangan kepercayaan diri.
5. Tidak berani mengambil resiko.
6. Tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting.
7. Selalu mengharapkan uluran bantuan dari orang lain.
8. Tidak mau mengembangkan diri.
9. Menjadi manusia yang sombong dan suka memaksakan kehendak.

        Kasih sayang memiliki peranan yang penting dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang dapat menimbulkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, senang mencintai orang lain dan berperilaku baik dalam masyarakat (Seefeld, 2002).
Kasih sayang menciptakan kerja sama di antara manusia. Bila kasih sayang tidak ada maka tidak akan terwujud persaudaraan di antara manusia; tak seorang pun yang merasa memiliki tanggung jawab terhadap orang lain; keadilan dan pengorbanan akan menjadi hal yang absurd utopis. Oleh sebab itu, sikap kasih sayang sesama manusia, khususnya dalam dunia pengajaran dan pendidikan, adalah hal esensial. Di samping itu, kasih sayang juga menyebabkan keselamatan jasmani dan ruhani, menjadi solusi tepat dalam memperbaiki perilaku amoral dan mengharmoniskan hubungan manusia.
Begitu penting peran kasih sayang dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Teguh tidaknya pendirian dan kebaikan perilaku seorang anak bergantung banyak sejauh mana kasih sayang yang diterimanya selama masa pendidikan. Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang menyebabkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, suka mencintai orang lain dan berperilaku baik dalam masyarakat. Kehangatan cinta dan kasih sayang yang diterima anak-anak akan menjadikan kehidupan mereka bermakna, membangkitkan semangat, melejitkan potensi dan bakat yang terpendam, serta mendorong untuk bekerja/berusaha secara kreatif.
Seorang pendidik yang mengabaikan cinta dan kasih sayang, tidak akan mampu membangun hubungan yang baik dengan peserta didiknya dan pendidik pasti gagal dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada peserta didik.
Metode yang paling berpengaruh dan efektif dalam pendidikan adalah pendekatan kasih sayang. Rasa cinta dan kasih sayang harus terlebih dahulu menjadi jaminan ketenangan anak-anak di lingkungan keluarga sebelum berhadapan dengan berbagai aturan dan keputusan yang dibuat oleh orang tua. Kebahagiaan dan ketenangan jiwa anak-anak akan terpenuhi jika sebuah keluarga dapat menjadi pusat ekspresi perasaan, kasih sayang, dan kecintaan (Dephlie, 2005)
(Wardani, 2002) mengemukakan bahwa seorang pendidik harus melakukan berbagai peran dalam menjalankan suatu proses pendidikan, diantaranya:
Peranan kasih sayang dalam pendidikan:
1. Pendidik sebagai pembimbing
Biasanya banyak anak yang melakukan perilaku menyimpang ini disebabkan oleh kurangnya kasih sayang dari orangtuanya atau orang terdekatnya terhadap dirinya sendiri, dengan adanya kasih sayang yang diberikan oleh seorang pendidik ini akan meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang, anak akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan,baik yang sedang dijalan maupun bekal untuk masa depannya nanti
2. Pendidik sebagai pembentuk kepribadian.
Pendidik yang baik akan memperhatikan anak didiknya sebagai bagian dari perannya dalam dunia pendidikan dan ini tidaklah mudah.
3. Pendidik sebagai tempat perlindungan.
Menjadi seorang pendidik seharusnya memberikan kasih sayang kepada anak didiknya. Maka akan terjadilah suatu kecenderungan anak untuk mencari perlindungan. Yang harus dilakukan oleh seorang pendidik adalah berlaku adil, bijaksana, mendengarkan masalah dari anak didiknya, memberi sebuah nasehat untuk anak didiknya, dan sebisa mungkin menyadarkan tindakan yang dilakukan anak atau bahkan berupaya menjembatani permasalahan antara anak didik dengan orangtuanya.
4. Pendidik sebagai figur tauladan.
Seorang pendidik yang berperilaku ramah, hangat, dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan wajah kusam atau kesalnya, merespon pertanyaan dari seorang anak didiknya, maka akan menumbuhkan kondisi psikologis yang menyenangkan bagi anaknya. Anak tidak takut berbicara,dapat mencurahkan isi hatinya saat menghadapi masalah dan anak akan senang melibatkan diri dalam kegiatan sekolah perilaku anak didik yang terbentuk ini pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau meneladani perilaku yang diperlihatkan seorang pendidik.
5. Pendidik sebagai sumber pengetahuan.
Seorang pendidik selalu mentransformasikan pengetahuannya kepada seorang anak didiknya. dengan adanya pengetahuan tersebut dapat merubah sikap perilaku seorang anak didik. Perubahan tersebut bisa berubah secara positif maupun negatif, tergantung dengan pengetahuan yang didapat oleh seorang anak didik itu sesuai dengan masanya atau tidak.

Kewibawaan dalam Pendidikan
       Kewibawaan dalam KBBI diartikan sebagai hal yang menyangkut wibawa; yang mempunyai sifat wibawa. Dalam Tim penyusun FIP UNP 2008 (halaman 84) dikatakan bahwa Konsep kewibawaan diambil dari bahasa Belanda yaitu “gezag” yang berasal dari kata “zeggen” yang berarti “berkata”. Maka kewibawaan adalah suatu daya pengaruh yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengannya secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan akan dipatuhi secara sadar dan tidak terpaksa, dengan tidak merasa/diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.
Anak yang masih muda dan kecil, belum tentu mengenal kewibawaan, artinya anak kecil belum tunduk kepada suatu pengaruh atas kesediaan dan kerelaan sendiri. Misalnya anak kecil yang menuruti  perintah ibunya, ini bukan karena si kecil tadi sadar dan insyaf akan perlunya menuruti atau mematuhi wibawa dan pengaruh ibunya, tetapi karena terdorong oleh perasaan takut akan muka yang muram dari ibunya atau karena ibunya meninggalkan dirinya sehingga dengan begitu anak melakukan segala perintah ibunya. Pada anak kecil belum ada kesadaran akan kepentingan larangan atau anjuran dari si ibu, tetapi karena pigur ibu tersebut
Pengenalan dan pengakuan terhadap wibawa membutuhkan bahasa, sehingga pengenalan dan pengakuan wibawa itu sejajar dengan tumbuhnya bahasa pada kanak-kanak. Bahasa merupakan tempat pertemuan antara pendidik dan anak didik, dengan bahasa anak didik akan mengerti apa arti anjuran dan larangan dari pendidik, sehingga dengan demukian dapatlah dikenal dan diakui berwibawa.
Kewibawaan merupakan peranan penting dalam usaha menentukan dan merumuskan tujuan hakiki dan arti pendidikan. Dalam pendidikan memang terjalin suatu relasi atau hubungan yang berdasarkan kewibawaan tertentu. Pada hubungan yang terjadi dalam kondisi yang ditandai adanya figur yang dituakan atau yang dianggap pemimpin, kewibawan akan lebih nammpak lebih jelas seperti dalam kegiatan pendidikan, hubungan antara guru dan murid biasanya ditandai oleh adanya kewibawaan seorang guru.
      Apabila orang tua tidak menggunakan kesempatan untuk bertemu anak dalam bahasa, artinya bisa dikatakan orang orang tua tidak pernah memberikan anjuran atau larangan kepada anak. Sehingga jikalau orang tua tidak pernah menggunakan wibawa yang ada padanya, maka akan mengakibatkan anak tidak mempunyai sikap yang tidak dapat didekati, anak akan menjadi tidak asing terhadap kekerasan anak, menjadi tidak dapat lagi dinasehati.
Sebaliknya bila orang tua terlalu banyak menggunakan kesempatan bertemu dengan anak dalam bahasa, terlalu banyak memberi nasihat, anjuran atau larangan akan memberi akibat yang dapat merugikan dalam pendidikan. Hal ini dapat menjadikan anak didik menjadi acuh tak acuh atau bersikap mengelakkan diri, sebagai pernyataan protes karena anak merasakan nasihat atau anjuran dan larangan yang berlebihan atau suatu tuntutan yang sukar untuk dilaksanakan.
Menghadapi situasi dimana anak didik menunnjukkan sikap menentang atau protes sebagai suatu pernyataan bahwa anak telah menemukan dirinya, telah mempunyai keinginan, telah mempunyai kemampuan sendiri, dimana seakan-akan orang tua kehilangan kewibawaannya, adalah bijaksana bila berlaku keras terhadap anak didik, karena denga sikap keras hanya akan menghancurkan benih-benih kesadaran akan kewibawaan yang mulai tumbuh pada diri anak

Peranan Kewibawaan dalam Pendidikan
          Kewibawaan dalam pendidikan merupakan salah satu ciri pendidik ketika terjadi interaksi atau hubungan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas ataupun kegiatan pendidikan lain di luar kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari kewibawaan.
Kewibawaan merupakan peranan penting dalam usaha menentukan dan merumuskan tujuan hakiki dan arti pendidikan. Dalam pendidikan memang terjalin suatu relasi atau hubungan yang berdasarkan kewibawaan tertentu. Pada hubungan yang terjadi dalam kondisi yang ditandai adanya figur yang dituakan atau yang dianggap pemimpin, kewibawan akan lebih nammpak lebih jelas seperti dalam kegiatan pendidikan, hubungan antara guru dan murid biasanya ditandai oleh adanya kewibawaan seorang guru.
a. Kewibawaan dan pelaksanaan kewibawaan dalam keluarga, terutama dimaksudkan untuk melaksanakan berputarnya roda masyarakat kecil. Dalam pendidikan pelaksanaan kewibawaan tujuannya untuk norma-norma itu, dengan wibawa itu pendidik hendak membawa anak agar mengetahui, memiliki, dan hidup sesuai dengan norma-norma.
b. Pelaksanaan kewibawaan dalam kependidikan harus berdasarkan perwujudan norma dalam diri si pendidik. Oleh karena itu wibawa dan pelaksanaannya mempunyai tujuan membawa anak ketingkat kedewasaan.

         Fungsi Kewibawaan dalam pendidikan dan pergaulan baru terdapat pendidikan, jika didalamnya telah dapat kepatuhan si anak. Tetapi tidak semua pergaulan merupakan pendidikan. Satu-satunya pengaruh yang dapat dikatakan pendidikan adalah pengaruh yang menuju kedewasaan anak, untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya secara mandiri.  Berdasarkan penjelasan diatas, tampak fungsi wibawa pendidikan adalah membawa anak kearah pertumbuhanya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalaninya. (Tim Penyusun FIP UNP 2008. Bahan ajar UNP. Halaman 86).
Penggunaan kewibawaan oleh guru dan tenaga kependidikan perlu didasari oleh faktor-faktor berikut:
a. Dalam menggunakan kewibawaan hendaklah didasarkan atas perkembangan anak sebagai pribadi. 
b. Pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif sendiri
c. Pendidik hendaknya menjalankan kewibawaan atas dasar cinta kepada anak.

Konsep dan Tanggung Jawab dalam Pendidikan 
       Tanggung jawab dalam arti harfiahnya adalah tanggungan beban untuk menjawab (pertanyaan orang). Atau tanggungan beban untuk menerangkan suatu kelakuan tertentu.
Macam-macam tanggung jawab manusia dalam ajaran agama:
1. Tanggung jawab manusia terhadap tuhan.
Menurut akal dan agama ini,manusia waib mengenal dan mengetahui pencipta alam,yang merupakan pemilik dan pemberi kenikmatan kepada seluruh makhluknya,dan tunduk serta beribadah kepadaNya.
2. Tanggung jawab terhadap dirinya.
Dari setiap makhluk, hanya manusialah yang diberikan tanggung awab mengembangkan dan menyempurnakan dirinya. Manusia memikul tanggung jawab pengembangan dan penyempurnaan dirinya,dan itu hanya bisa dilakukan dengan jalan usaha dan kesungguhan,seperti memberikan apa yang hak untuk lidahmu,telingamu,matamu,kakimu,perutmu,kemaluan dan seluruh bagian tubuh lainnya yang dipergunakan.
3. Tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat.
a. Tanggung jawab terhadap keluarga.
Di dalam QS. At-Tahrim menjelaskan bahwa “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari adazkh manusia dan batu penjaganya malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
- Tanggung jawab terhadap sanak-kerabat.
- Tanggung jawab terhadap tetangga.
- Tanggung jawab terhadap ayah dan ibu.
- Tanggung jawab terhadap anak.

b. Tanggung Jawab terhadap Alam
Di dalam QS. Al-Jatsiyah:12-13 ini menerangkan bahwa “Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizing-Nya,dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan muda-mudahan kamu bersyukur. Dan dia menundukkan untukkmu apa yang ada di langit dan apa yang di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada aoa yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.
Dari ayat tersebut bisa disimpulkan, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada padanya, seperti gunung, sungai, tumbuhan, binatan, daratan, dan lautan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menciptakan alam semesta dengan susunan yang sangat teliti. Maka dari itu,manusia harus bertanggung jawab atas apa yang telah diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ,menjaganya ,dan menggunakannya pada tempatnya.




Sumber :
Ahmadi, Abu (1991) Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadulloh,Uyoh (2006) Pedagogik. Bandung: UPI PRESS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post