Sepatutnya aku sadari sejak dini
Memendam rasa hanya menyakiti diri
Apa daya bodohnya akal dan sanubari
Dengan sengaja malah merencanakan patah hati
Bersama jemari yang enggan henti menari
Kututurkan perintah hati yang sulit dimengerti
Pada nama yang selalu ada dalam jejak kolom pencari
Engkau adalah keindahan imajiku yang penuh ironi
Terabaikan berkali-kali, menabung rasa nyeri
Kau yang paling berarti, bisik sukmaku meyakini
Setiap hari menutup mata tak mau peduli
Mendorong diri berlari mencari mati
Andai aku bisa menarik waktu kembali
Pada Desember tahun lalu yang tlah pergi
Mungkin takkan mau jika berujung begini
Pertemuan denganmu di Januari aku sesali
By UDR
26 Desember 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar