Pengertian Seni dan Nilai Estetika dalam Seni




1.      1. Pengertian Seni

Morris Weitz berpendapat bahwa seni terlalu rumit dan penuh perubahan jika dimasukkan dalam satu batasan. Seni, seperti halnya agama dan ilmu, tidak dapat dimasukkan ke dalam pengertian yang sederhana. Oleh karena itu, terlalu naif untuk menarik garis tajam antara seni dan kegiatan manusia lainnya. F. Carrit mengutip pendapat bahwa seni adalah sebuah proses kreatif dan ekspresi dari suasana hati, perasaan dan jiwa. Dari kesepakatan ini ada dua hal yang dapat dicatat. Pertama, bahwa seni adalah ungkapan. Kedua, bahwa seni adalah jiwa, perasaan dan suasana hati yang diungkapkan.
Seni adalah hasil kreatif dalam mengungkapkan emosi dan tidak semata-mata hanya hasrat saja tetapi juga memiliki makna yang dalam pada setiap ungkapannya. Maritain menyatakan bahwa estetika dalam seni berasal dari faktor-faktor intelektual dan intuitif dalam seni. Schiller menekankan seni itu merupakan permainan imajinasi,dan ia juga menyetujui pendapat Dewey dan Bosanquet bahwa seni itu mengikat dan menyelaraskan keseluruhan jiwa dan jasad.

2.     2.  Nilai Estetik dalam Seni

Kita telah melihat kesepakatan di antara para ahli estetika bahwa seni dapat melayani kebutuhan pengungkapan dari kehidupan batin atau jiwa, seperti suasana hati, perasaan dan hasrat. Namun batasan seperti ini meskipun mengandung banyak kebenaran, ini terlalu menekankan segi subyektif pada seni yaitu penggambaran kehidupan batin. Sementara sebaiknya seni itu adalah ungkapan atau perwujudan nilai-nilai. Santayana menerangkan bahwa estetika seni itu berkenaan dengan persepsi nilai-nilai, dan dia pun membedakan antara seni sebagai ungkapan nilai-nilai, dan ilmu pengetahuan sebagai deskripsi fakta-fakta. Karya seni itu bukan sekedar laporan tentang fakta-fakta, melainkan proyeksi dari inspirasi, emosi, preferensi, apresiasi atau kesadaran akan nilai dari pembuatnya (seniman). Dalam pengertian lain pun seni adalah bahasa spiritual yang mengungkapkan penilaian, lebih daripada memformulasikan deskripsi-deskripsi obyektif.
Seni, sebagai ungkapan nilai muncul dari sikap penghargaan/apresiasi. Nilai dalam proses kreatif ini bertujuan menciptakan sebab-sebab yang nyata untuk apresiasi. Biasanya ia menyampaikan sikap penilaiannya terhadap karya-karyanya kepada orang lain.  Dari pandangan seniman dan juga penanggap, seni adalah ungkapan nilai-nilai, yang dari pihak seniman sendiri berupa ungkapan keluar (free expression), sedangkan dari pihak penanggap berupa ungkapan kedalam (interpretative expression).
Istilah dan pengertian keindahan tidak lagi mempunyai tempat yang terpenting dalam estetika seni karena sifatnya yang bermakna ganda untuk menyebutkan berbagai hal dan bersifat longgar untuk dimuati bermacam-macam ciri dan juga sedikit subyektif untuk menyatakan penilaian pribadi terhadap sesuatu yang kebetulan menyenangkan. Orang bisa menyebut serangkaian bunga yang berwarna-warni sebagai hal yang indah dan suatu pemandangan alam menenangkan. Orang juga bisa menilai indah itu sebagai sebuah patung yang berbentuk abstrak, sebuah lagu yang nada-nadanya indah ataupun sebuah sajak/puisi yang isinya menggugah perasaan. Konsepsi yang bersifat demikian itu sulit dijadikan sebagai dasar untuk menyusun suatu teori dalam estetika seni.
Untuk membedakan nilai estetika dengan jenis-jenis lainnya seperti misalnya nilai moral, nilai ekonomis dan nilai pendidikan maka nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetika. Dalam hal ini keindahan dianggap satu makna dengan nilai estetika pada umumnya. Apabila suatu benda disebut indah, sebutan itu tidak menunjuk kepada suatu ciri seperti umpamanya keseimbangan atau sebagai penilaian subyektif saja, melainkan menyangkut ukuran-ukuran nilai yang bersangkutan. Ukuran-ukuran nilai keindahan itu tidak selalu sama untuk setiap karya seni, ukuran nilai tersebut dapat bermacam-macam alasan, bisa karena manfaatnya, kelangkaannya ataupun karena coraknya yang spesifik dan unik.
Nilai estetika selain terdiri dari keindahan sebagai nilai yang positif kini dianggap pula meliputi nilai yang negatif. Hal yang menunjukkan nilai negatif itu ialah kejelekan. Kejelekan tidaklah berarti kosongnya atau kurangnya ciri-ciri yang membuat sesuatu benda disebut indah, melainkan menunjuk pada ciri-ciri nyata yang bertentangan sepenuhnya dengan kualitas yang indah itu. Dalam kecenderungan seni ini, keindahan tidak lagi merupakan tujuan yang paling penting dari seni. Sebagian seniman menganggap lebih penting menggoncangkan publik daripada menyenangkan orang dengan karya seni mereka. Goncangan perasaan dan kejutan batin itu dapat terjadi, dengan melalui keindahan maupun kejelekan. Oleh karena itu kini keindahan dan kejelekan sebagai nilai estetika yang positif dan negatif menjadi sasaran penelitian dari para filsuf estetika serta nilai estetika pada umumnya kini diartikan sebagai kemampuan dari suatu benda yang bisa menimbulkan suatu pengalaman estetik.
Sebagaimana yang telah diutarakan di atas, keindahan pada umumnya ditentukan sebagai sesuatu yang memberikan kesenangan pada batin kita. Misalnya bahwa tidak semua wanita itu cantik tetapi semua wanita itu mempunyai nilai kecantikan, dari contoh tersebut kita dapat membedakan antara keindahan dan nilai keindahan itu sendiri. Harus kita sadari bahwa seni bukanlah sekedar perwujudan yang berasal dari ide tertentu, melainkan adanya ekspresi/ungkapan dari segala macam ide yang bisa diwujudkan oleh sang seniman dalam bentuk yang kongkrit.
Penghayat seni yang merasa puas setelah menghayati karya seni, maka penghayat tersebut dapat dikatakan sudah memperoleh kepuasan estetika. Kepuasan estetika merupakan hasil interaksi antara karya seni dengan penghayatnya. Interaksi tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya suatu kondisi yang mendukung dalam usaha menangkap nilai-nilai estetika yang terkandung di dalam karya seni; yaitu kondisi intelektual dan kondisi emosional. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam kondisi tersebut, apresiasi bukanlah proses pasif, tetapi merupakan proses aktif dan kreatif, yaitu untuk mendapatkan pengalaman estetika yang dihasilkan dari proses hayatan. (Feldman, 1981).


3 komentar:

Recent Post